warna putih sebagai lambang bersih dan suci menjadi salahsatu warna yang disukai banyak orang. selain memancarkan aura yang agung putih ...

Seputih Pasir Labangka



warna putih sebagai lambang bersih dan suci menjadi salahsatu warna yang disukai banyak orang. selain memancarkan aura yang agung putih juga menjadi salahsatu warna yang tergores dengan sempurna di sudut sudut Bumi melalui Kekuasaan sang pencipta.

seperti halnya warna putih dari pasir yang membentang indah di pantai Labangka. dan kali ini, aku akan berbagi kisah serunya  tentang perjalanan menuju Pantai Labangka Sumbawa Besar Provinsi NTB.

Perjalanan panjang yang memakan jarak sejauh kurang lebih 80 Km dari pusat kota Sumbawa ini dimulai sejak pukul 6 pagi, ketika langit belum terang dan jalanan masih lengang aku dan 3 orang temanku sudah melaju menyusuri jalan raya dengan mengendarai dua motor menembus udara yang masih dingin menusuk kulit. Sebuah tas ransel penuh dengan perlengkapan kemah sudah nangkring di pundak kami, karena dari awal sudah diniatkan untuk berkemah semalam disana.

Pom Bensin

Belum jauh kami melaju, kami harus mampir terlebih dahulu ke Pom bensin untuk mengisi full tangki motor,  ini memang menjadi hal yang penting terlebih ketika perjalanan panjang seperti ini, tidak ada yang tahu kalo tiba tiba ditengah perjalanan motor mogok karena kehabisan bensin dan ternyata gak ada pom bensin ketika menikmata makannya dari awal harus sudah diantisipasi. selesai mengisi bensin perjalananpun dilanjutkan.

Ada keindahan yang dilihat selama di jalan, seiring matahari yang perlahan membuka cakrawala, terbentanglah hamparan lepas yang indah memanjakan mata, berupa hamparan sawah yang telah dipanen, barisan bukit-bukit savana khas alam Sumbawa, sulit untuk digambarkan uniknya alam Sumbawa ini yan belum tentu bisa ditemukan di daratan lain dan hanya bisa disimpulkan dengan sebuah kata "indah".
setelah kurang lebih satu setengah jam berpacu di jalan Raya sampailah kami di Desa yang bernama pelampang, ada sebuah gapura dengan tulisan serupa  ucapan selamat datang dan juga tulisan Labangka, tanpa ragu kamipun mengarahkan kendaraan untuk berbelok dan masuk ke jalan yang terdapat gapura itu. tapi supaya lebih memastikan akhirnya aku tanyakan ke bebetapa orang yang ada disitu, dan benarlah jalan yang kami ambil ini adalah jalan menuju pantai labangka.

Gapura Labangka

Tentunya aku semakin semangat dan rasa penasaranku semkin memuncak, tak sabar untuk melihat indahnya pantai labangka. tapi rupanya perjalanan dari tempat behenti tadi menuju lokasi masih saja membuat mata ini termanjakan. kali ini kejutan dari perkebunan jagung milik warga yang terhampar sejauh mata memandang bahkan sampa tak terlihat ujungnya. sungguh ini pemandangan yang tak pernah aku temui sebelumnya, dan hanya bisa takjub menyaksikannya.
sekitar kurang lebih 15 menit berkendara sampailah di pertigaan, disitu kami kembali menemui gapura dan petunjuk arah, rupanya pantai labangka ini terbagi menjadi beberapa daerah dimulai dari labangka 1 hingga labangka 5. untuk kunjungan yang pertama akhirnya kami mulai dari labangka 3 dengan mengambil jalan lurus dari pertigaan itu. belum jauh berkendara rupanya sudah terlihat diujung pemandangan hamparan laut lepas, dan yang serunya lagi jalan yang dilalui sudah bukan jalanan aspal lagi, melainkan tanah dengan batu kerikil. cukup memerlukan kehati hatian melawati jalan ini, terlebih jalanan ini bukan jalan umum dan hanya dilalui oleh para pekerja di kebun jagung.

Gapura Peta Lokasi

Seperti ini sudah bisa terbayangkan gimana cantiknya nanti pantai labangka dengan ke asriannya karna sudah bisa dipastikan bahwa belum terlalu banyak pengunjung yang datang, tidak seperti kebanyakan pantai-pantai lain yang jadi tempat wisata. Dan benar saja sesampainya kami di bibir pantai langsung disuguhi deburan ombak khas pantai selatan. saling menyahut menyentuh putihnya pasir. tidak hanya disitu saja, sedikit mengarahkan laju kendaraan ke tempat lain kamipun menemukan spot tebing yang pemandangannya hamparan lau lepas seperti tak terbatas, dan tak menunggu lama kami langsung turun dari kendaran dan menikmati keindahan alam ini dan tentunya mengabadikan tempat seindah itu.

Tebing Labangka

selepas dari situ kamipun melanjutkan perjalanan ke suatu tempat yang menurut beberapa sumber ada goa yang bernama Goa dewa, awalnya kami kesulitan menemukan Goa ini, karna tidak adanya petunjuk arah, juga lokasinya yang berada dibawah perkebunan jagung milik warga. dengan bertanya kebeberapa orang yang ada di kebun jagung akhirnya kami menemukannya, dengan menuruni beberapa celah tebing yang tidak seberapa tinggi, Goa yang mulutnya langsung menghadap ke laut ini menjadi salah satu spot unik di labangka, ruang di dalam Gua tidak begitu dalam, tapi sangat terlihat jelas bahwa Gua ini biasa di gunakan untuk peribdahan umat Hindu warga sekitar, dengan beberapa patung dan benda benda sisa peribdatan.
terasa cukup menikmati Gua dewa petualanganpun dilanjutkan ke wilayah labangka lainnya, dengan kembali ke jalan yang ada gapura dan petunjuk arah.

Gua Dewa

kali ini aku dan temanku menuju ke labangka 4 dan 5 dengan melewati labangka 2 terlebih dahulu.
sesampainya di Labangka 4 kamipun merapatkan kendaraan ke sebuah warung kecil, karna matahari sudah mengganas diatas kepala menandakan sudah waktunya jam makan siang, sembari menikmati makan akupun bertanya ke penjual lokasi mana yang cocok untuk mendirikan kemah, dan rupanya lokasinya gak terlalu jauh dari warung tersebut. selesai makan kamipun langsung bergegas kelokasi berdasarkan petunjuk yang sudah diberikan.
hanya berjarak kira-kira lima menit, kami sudah menemukan lokasi yang dicari, terdapat sebuah kampung yang mana kampung itu merupakan kampung nelayan tetapi mayoritas warganya adalah para pendatang dari luar sumbawa, kalo diperhatikan sepertinya warga di kampung ini berasal dari wilayah Timur, dan kamipun langsung menemui penanggung jawab wilayah tersebut untuk meminta izin nendirikan kemah.

Membuka Kemah Di pinggiran Pantai 

matahari yang mulai turun menjadi pengingat kalo kami harus segera mendirikan tenda, sesuai lokasi yang ditentukan akhirnya kemahpun didirikan.
menikmati senja di bibir pantai bersama nyanyian ombak yang terdengar menjadi harmony yang sempurna di sore itu.

 lelahnya badan dalam perjalanan segera tersamarkan oleh bahagianya menikmati senja di Labangka yang berpasirkan putih yang sempurna, dan saat malam tiba kamipun melakukan ritual yang umum biasa dilakukan oleh mereka yang kemah, yaitu menyalakam api unggun dan karena suasananya di pantai bakar bakar ikan menjadi penyemaraknya.

Mas Arif  Lagi Asik Bakar Ikan
Naim Cuma Ngambil Foto 


Puas menikmati suasana malam di pantai labangka, pagi hari saat matahari mulai beranjak naik perjalanan untuk kembali pulangpun dilanjutkan, dengan seberkas pengalaman yang berkesan, indahnya pantai labangkapun terbungkus sempurna dengan pemandangan kebun jagung yang kembali terlihat saat pulang, daun-daun jagung yang tertiup angin melambai seolah mengucapkan salam perpisahan dan ucapan untuk kembali lagi, sungguh Rizki perjalanan ini sangat luar biasa, bersyukur karena bisa berkunjung ke pantai labangka semoga suatu saat nanti bisa kembali lagi.

SISAH JEPRET









'' SALAM LESTARI ''


1 komentar:

Unknown mengatakan...

mantap jiwa, salam lestari